Kamis, 07 Februari 2013
tonggak penyebaran islam di nusantara
tonggak penyebaran islam di nusantara
Berita-berita yang bersumber dari Dinasti Tang menyebutkan bahwa pada
tahun 674 Masehi saudagar-saudagar Tazhi (Arab) sudah berdatangan ke
Kalingga. Ini merupakan satu petunjuk bahwa pada awal zaman Islam,
saudagar-saudaga muslim dari Arab sudah mulai masuk wilayah nusantara.
Semangat penyebaran Islam didorong oleh perintah Nabi Muhammad SAW, “Ballighu anni walau ayatan,”
Sampaikanlah apa yang dari aku walau hanya satu ayat.” Namun sampai
berabad-abad kemudian sejarah mencatat bahwa agama Islam di Nusantara
lebih banyak dianut oleh penduduk asing asal Cina, Arab dan Persia.
Demikian
Agus Sunyoto dalam pengantar bukunya yang cukup monumental “Atlas Wali
Songo”. Berdasarkan catatan Marcopolo yang kembali dari Cina lewat laut
teluk Persia menyebutkan bahwa pada abad ke-13 hanya penduduk asing itu
yang memeluk Islam di Nusantara. Catatan dari juru tulis Cheng Ho juga
menyebutkan hal serupa. Tahun 1433 penduduk pribumi Nusantara masih
belum memeluk Islam.
“Atlas Wali Songo” mencatat bahwa pada akhir
abad ke-15 hingga paruh abad ke-16 ada sekumpulan tokoh penyebar Islam,
Wali Songo. Inilah tonggak terpenting dalam sejarah penyebaran Islam di
Nusantara. Disebut tonggak karena kedatangan saudagar muslim sejak
tahun 674 M tidak serta merta diikuti dengan penyebaran agama Islam
kepada penduduk pribumi.
Kaum Muslimin di Indonesia, warga
nahdliyin dan para peziarah meyakini bahwa tokoh penyebar agama Islam
itu, sesuai dengan namanya ‘wali songo’ itu berjumlah sembilan; lima di
wilayah Jawa Timur, tiga di Jawa tengah, dan satu di Jawa Barat. Namun
Agus Sunyoto dalam atlasnya itu menyebutkan ada sepuluh tokoh Wali
Songo. Mereka adalah Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan
Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Syekh Siti Jenar, Sunan
Kudus, Sunan Muria, dan Raden Patah.
Ada dua tambahan nama. Satu,
Raden Patah yang selama ini lebih dikenal sebagai seorang raja atau
panglima perang. Lalu Syekh Siti Jenar selama ini lebih sering
diidentikkan dengan tokoh yang tidak disenangi oleh Wali Songo karena
menyebarkan ajaran nyeleneh, yang dianggap berbahaya untuk
orang awam oleh penulis malah dikategorikan sebagai bagian dari Wali
Songo. Sementara Sunan Maulana Malik Ibrahim yang dalam foto ilustrasi
sembilan wali yang dijual bebas di seputar makam Wali Songo itu tidak
dimasukkan dalam kategori Wali Songo. Wali tertua yang makamnya di
Gresik dikunjungi para peziarah setiap waktu itu dikategorikannya
sebagai penyebar Islam pra-Wali Songo, sama seperti Fatimah binti
Maimun, Syekh Wasil, Sultan Malikus Shalih, Syekh Jumadil Kubro, Ibrahim
as-Samarkandi, Hasanudin Quro, Datu Kafi dan Ario Abdillah Palembang.
Agus
Sunyoto tentunya tidak sedang bermain kontroversi. Proyek “Atlas Wali
Songo” yang dia kerjakan selama bertahun-tahun itu sekedar ingin
menyajikan catatan dan bukti-bukti sejarah mengenai Wali Songo dan
proses penyebaran Islam di Nusantara. Ia menyajikan catatan-catatan dan
bukti-bukti sejarah penting yang selama ini luput dari pengamatan para
sejarawan barat.
sumber: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,41949-lang,id-c,nasional-t,Tonggak+Penyebaran+Islam+Nusantara-.phpx
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar