Kamis, 21 Februari 2013
Sejarah Singkat Allah
Sejarah Singkat Allah
Jika kita mempelajari Allah secara serius, hal utama yang perlu diketahui adalah Allah ternyata punya latar belakang sejarah yang sangat menarik. Di Arabia kuno, sejak jaman Alkitab, ribuan tahun sebelum Muhammad lahri, Allah sudah disembah oleh para masyarakat gurun pasiru Bedouin di Arabia. Masyarakat Arab kuno menghubungkan Allah dengan bulan yang bersinar terang sepanjang tahun di malam hari di atas gurun pasir yang sangat luas dan liar . Tidaklah sulit untuk mengerti alasan mengapa Allah dianggap sebagai dewa bulan.
Masyarakat Arab Bedouin hidup dengan cara nomadis (pindah dari satu tempat ke tempat lain). Karena hidup di tanah gurun pasir yang gersang dan tidak sungai untuk irigasi dan bertani, maka masyarakat Arab Bedouin adalah masyarakat penggembala dan peternak. Mereka merupakan suku2 liar yang kelaparan (Rodinson, 2002, p. 17).Hidup mereka bergantung pada rumput dan menjaga ternak, sambil terus-menerus melakukan penyerangan dan perampokan pada suku2 lain atau pada kafilah yang lewat. Rodinson menulis bahwa sifat suka berperang dan tidak mengenal hukum gaya Arab ini merupakan pilar masyarakat Bedouin (Rodinson, 2002, p. 14). Masyarakat Bedouin di masa itu hidup dari lingkaran penjarahan dan balas dendam yang tak kunjung habis. Perjalanan di siang hari hampir tidak mungkin dilakukan karena panasnya terik matahari yang tak tertahankan. Kebanyakan perjalanan dilakukan di malam hari, di bawah terang sinar bulan dan bintang2 yang gemerlap. Mereka mengagumi indahnya langit malam dengan bulan sebagai pusat keindahan. Bagi mereka, munculnya bulan yang anggun merupakan munculnya raja langit malam. Inilah alasan mengapa masyarakat Arab Bedouin miskin ini sangat berhubungan dekat dengan bulan dan waktu peredarannya. Mereka hidup diatur oleh bulan.
Bagi mereka, bulan merupakan pendukung kehidupan. Mereka mengatur penanggalan primitif mereka pada alur gerakan bulan. Agama2 dan upacara2 peradaban mereka diatur sesuai dengan posisi dan alur waktu bulan. Tidaklah heran jika masyarakat Arab menganggap bulan sebagai sosok illahi yang paling tinggi - Allah Taalaa - Tuhan yang Maha Kuasa. Profesor Sejarah Arab yakni almarhum Phillip K. Hitti, menulis bahwa menyembah bulan adalah bagian penting dalam masyarakat penggembala dan menyembah matahari adalah bagian penting dalam masyarakat petani (Hitti, 2002, p. 97). Untuk orang2 Bedouin Arab, bulan merupakan suatu yang sangat suci yang harus disembah dan dihubungkan dengan hal yang paling mulia. Bahkan setelah Muhammad memaksakan Islam dengan ancaman pedang, masyarakat Bedouin Muslim baru tetap saja melanjutkan ibadah kepercayaan kuno mereka dengan meyakini bahwa hidup mereka diatur oleh bulan.
Sampai hari ini sekalipun, kita tetap dapat melihat kekaguman Bedouin Arab dengan bulan tampak jelas dalam Islam.Islam berhubungan erat dengan bulan. Semua upacara ibadahnya berdasarkan penampakan bulan atau pada kalender bulan. Betapapun kerasnya Islam menyatakan dirinya menolak penyembahan berhala atau Paganisme, Islam tetap tidak dapat menghilangkan hubungannya yang lampau dengan Paganisme dan penyembahan berhala. Yang sebenarnya adalah: Islam masih melambangkan bulan, terutama logonya yang berbentuk bulan sabit. Lihatlah pucuk pada segala mesjid, dan akan tampak bentuk logo bulan yang mencolok, kadang2 dengan bentuk sebuah bintang sekalian. Nanti akan kuterangkan alasan historis mengapa bintang ini merupakan lambang Islam. Untuk menjelaskan lebih jauh, lihatlah lambang Palang Merah di negara2 surga Islam. Lambangnya adalah simbol Islam berbentuk bulan dan sama persis dengan lambang dewa bulan Pagan Arab. Bahkan bendera2 negara2 Islam juga menunjukkan bentuk bulan dan bintang atau bulan saja. Lihatlah bendera2 nasional beberapa negara2 Islam seperti Aljazair, Pakistan, Azerbaijan, Kazakhstan (menunjukkan terang bulan), Malaysia, Mauritania, Brunei, Turki etc.
Sebagai penyembahan berhala dan batu, ingatlah bahwa obyek tersuci dalam Islam adalah batu Ka'bah.
Batu (atau batu2 - diperkirakan terdiri dari 3 buah batu, seperti yang dilaporkan banyak sejarawan) ini adalah batu yang sama yang disembah Arab Pagan. Bahkan Muhammad mencium dan memeluknya di dadanya dengan penuh layanan. Kalifah Umar pun melakukan hal yang sama dan kaum Muslim juga harus melakukan hal yang sama setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Sekarang kita lihat secara singkat sejarah tentang Allah (lihatlah patung Allah yang terbuat dari batu dan dipahat kaum Pagan. Di dadanya tertera lambang bulan sabit).
Para ahli sejarah percaya bahwa Allah Arab ini berasal dari Syria. Masyarakat Aramean tinggal di Syria sekitar 1.300 SM. Orang2 Syria ini dahulu menyembah dengan khusuk beberapa dewa, dan yang utama dari dewa2 itu adalah dewa badai Hadad, dewa langit Alaha dan dewi Athargatis. Masyarakat Syria mungkin membuat rupa Allah ini berdasarkan rupa dewa Sumer dari kota kuno Babylon . Menurut banyak ahli sejarah, Alaha adalah nama Syria untuk Allah (Walker, 2004, hal. 20). Bagi mereka, Allah adalah Tuhan berkelamin pria, Tuhan yang paling berkuasa, yang punya tiga anak perempuan yakni Allat, Uzza dan Manat. Orang2 Nabatean yang adalah keturunan dari anak laki sulung Ismail di sekitar Semenanjung Sinai, pertamakali memperkenalkan Allah ke orang2 Arab melalui Syria (Walker, 2004, hal. 22). Orang2 Nabatean mungkin menyembah Allah dalam nama yang berbeda pula, seperti ELH dan Alh.Di samping Allah, orang2 Nabatean juga memperkenalkan dewa Hubal dari Syria, yang merupakan dewa pria besar.Patung Hubal ini nantinya diletakkan di Ka'bah. Hubal adalah patung berhala terbesar dari semua berhala di dalam dan sekitar Ka'bah. Patung raksasa Hubal berbentuk seorang pria yang tangan kanannya putus. Masyarakat Quraish menerima berhala Hubal ini dari Khuzaymah ibn Mudrikah, orang Mekah yang membelinya dari Syria. Setelah itu, masyarakat Quraish membuat lengan emas untuk patung itu. Patung Hubal berdiri di depan Ka'bah. Mayarakat Pagan Quraish menganggap Ka'bah adalah tempat untuk Hubal saja (Rodinson, 2002, p. 54). Mereka menggunakan panah2 ramalan / nujum untuk menentukan keabsahan bayi2 yang baru lahir (Al-Kalbi, 1952, hal. 23). Banyak ahli sejarah yang percaya bahwa Hubal adalah jelmaan fisik Allah di Ka'bah. Di masa mudanya, Muhammad membantu persiapan upacara yang dilakukan untuk menempatkan Hubal di Ka'abah (Walker, 2004, p. 42).
Penulis biografi Muhammad bernama Martin Lings, yang tadinya Katolik dan lalu memeluk Islam, setuju bahwa Hubal berasal dari Syria (Lings, 1983, p. 5, 11). Sejarawan Arab percaya bahwa Hubal yang perkasa ini sebenarnya adalah variasi dewa kuno Allah (Walker, 2004, p. 31). Kata Hubal berasal dari kata Semitik Hu yang berarti 'He' (kata diri untuk pria - Inggris) atau 'He is' (Dia adalah - Inggris) dengan kata akhiran El, yang jelas merupakan nama lain dari Allah. Nama Hubal biasa diteriakkan oleh para Quraish sebagai teriakan perang. Akhirnya, konsep tentang Allah sebagai Tuhan berkembang ke seluruh Arabia. Sebuah tulisan kuno yang ditemukan di Arabia selatan mengandung nama Allah. Allah adalah hallah dalam tulisan kuno Safa. Berikut adalah lima abad sebelum Islam ada. Masyarakat Arab terbiasa menyebutkan nama Allah dalam saat terancam. Allah yang sangat berkuasa ini perlahan-lahan menjadi sesembahan utama Quraish. Bahkan Qur'an pun membenarkan hal ini di ayat2 6:109, 6:136, 10:22, 31:22, dan 31:29 (Hitti, 2002, hal. 100-101). Nama2 lain dari Allah adalah Ilu untuk orang2 Babilonia dan Assyria, El bagi orang Kanaan, Elohim untuk orang Yahudi, dan Ilah untuk orang Arab tengah (Walker, 2004, p. 420).
Satu lagi nama lain dari Allah adalah wadd - dewa bulan yang berdiri di kepala Pantheon MINEA. (Hitti, 2002, pp. 97-98). Versi lain Allah ada di Hadramawt di Arabia Selatan. Di sana Allah dikenal sebagai Sin, dewa bulan.
Kota kuno Arabia selatan yang terkenal bernama Saba di mana Ratu Saba atau Ratu Bilqis berkuasa. Orang2 Sabaean juga menyembah Allah yang dikenal dengan nama Almaqah (Hitti, 2002, p. 60). Dalam Qur'an kita temukan referensi Ratu Saba di Sura 27 (Sura an-Naml). Dalam Alkitab kota ini disebut sebagai Sheba dan Ratu Bilqies disebut sebagai Ratu Sheba. Agama Sabean berdasarkan sistem astronomi gugus planet dan kepercayaan menyembah bulan termasuk bagian darinya. Masyarakat Sabean juga memuja Allah sebagai Dewa Bulan. Akan tetapi, tidak seperti Arab Pagan, mereka tidak punya gambar rupa Allah dan menganggap Allah sebagai dewa tanpa bentuk yang punya kekuasaan tertinggi. Tentang Allah ini, Benjamin Walker menulis sebagai berikut:
Makhluk ilahir yang misterius dan tanpa bentuk, Allah tidak diwakilkan dengan gambar apapun dan dia pun tidak disembah seperti layaknya dewa2 dan Dewi2 yang lebih kecil lainnya. Untuk membedakan Allah dengan dewa2 lainnya, dia diberi julukan Allah Taala, 'Tuhan yang Maha Tinggi' (Walker, 2004, p. 42).
Masyarakat lain yang juga menyembah Allah adalah masyarakat Nabatean. Selain Allah dan tuhan2/dewa2 lainnya, mereka juga juga menyembah dua dewa lainnya (mungkin lebih rendah posisinya dibanding Allah), yang bernama ar-Rahman dan ar-Rahim. Baik ar-Rahman maupun ar-Rahim dipuja bersama sebagai lambang kehormatan dan kemuliaan. Herannya Qur'an juga menyebut kedua nama dewa Pagan ini, meskipun menganggap kedua nama ini milik Allah. Sura pertama Qur'an (Sura Fatiha) menyebutkan kedua nama itu. Juga Sura 19 (Sura Maryam) didominasi oleh nama2 kedua dewa tersebut.
Menurut Profesor Hitti, masyarakat Nabatean paga di Afrika Utara pertamakali mendengar tentang ar-Rahman dan ar-Rahim mungkin dari Suriah selatan. Setelah itu kedua nama dewa Pagan ini ditemukan di kuil2 Arabia Selatan (Hitti, 2002, p. 105). Saingan Muhammad yang bernama Maslama (atau Musaylima) mengajarkan dalam nama ar-Rahman, yang adalah Allah untuk orang Arabia selatan (Rodinson, 2002, p. 67, 119). Ini mungkin alasannya mengapa Muhammad kemudian tidak lagi menyebut ar-Rahman dan memilih Allahnya masyarakat Pagan Mekah sebagai Tuhan satu2nya.
Menurut sejarawan2 Arab, Petra (di Arabia utara, dekat Suriah, yang adalah tempat tinggal masyarakat Nabatean), juga punya sejenis Ka'bah yang disebut Dushara (Dusares) yang adalah batu hitam berbentuk empat persegi panjang. (Hitti, 2002, p. 72).
Sejarah singkat Allah ini tentunya tidak lengkap tanpa Jehovah (Yahwa), Allahnya Musa (baca penjelasan gambar Jehovah di uang logam Jerman). Islam menganggap Musa menyembah Allah yang sama dengan Muslim. Jika Qur'an itu benar, maka logikanya adalah: Yehovah = Allah.
Berdasarkan catatan2 sejarah, Yehuwa adalah Allah gurun pasir yang sederhana dan serius. Tempat tinggalnya adalah sebuah tenda (Hitti, 2002, p. 40). Meskipun kaum Yahudi mengakui Jehovah sebagai Tuhan mereka, sebagai Allahnya kaum Yahudi, mereka tidak berani menyebut namanya. Yehuwa juga berarti "Yang Perkasa dan Yang Menggentarkan", dan inilah alasannya mengapa kaum Yahudi tidak berani menyebut nama Yehuwa (Hughes, 1994, p. 226). Mereka memilih memanggil nama Tuhannya dengan nama panggilan Rabb - Lord (Bhs. Inggris) sebagai panggilan yang lebih lunak dari Yehuwa (Ibid, p. 141). Jadi dalam Qur'an, jika Yehuwa adalah Allah, maka mestinya Dia adalah Allah yang menggentarkan milik orang Yahudi. Tentang Rabb-nya kaum Yahudi, Muhammad sendiri punya versinya sendiri: Allahnya juga dikenal sebagai ar-Rab - Lord (Bhs. Inggris), sang Pemelihara, Yang Termulia: Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu ('Allah is my Lord and your Lord (3 : 51) ');' Tuhan Kami (Rabb) adalah Tuhan (Rabb) surga dan bumi (18:14); dan ini menempati posisi Jehovah Yahudi (Hughes, 1994, p. 531).
Sesembahan bangsa Arab Bedouin yang terutama adalah Allah dewa bulan, dan anak2 perempuannya yakni Allat, Uzza, dan Manat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bulan merupakan tema relijius utama dalam masyarakat peternak / penggembala. Bangsa Arab Bedouin yang buta huruf, kelaparan dan tak berpendidikan menghubungkan bulan dengan hal kekuatan, vitalitas, kekuasaan dan semua yang berhubungan dengan sifat maskulin. Dengan itu, bulan (dan Allah) adalah Tuhan maskulin. Hal ini tidak diragunkan lagi (keterangan lebih lanjut menyusul). Lalu bagaimana dengan matahari? Apakah matahari punya posisi yang sama sebagai tuhan dalam masyarakat Pagan?Jawabnya: ya. Masyarakat Bedouin juga menyembah dewa matahari. Namanya adalah Baal. Menarik untuk diketahui bahwa masyarakat Suriah dan Phoenisian juga menyembah Baal - sang Dewa Matahari. Diduga dewa Baal disembah di masa Nabi Elisha (Hughes, 1004, p. 35). Masyarakat Mesir juga menganggap Baal sebagai dewanya. Lihatlah sosok Baal di gambar berikut.
Baal dirupakan sebagai seorang pria dengan jenggot meruncing dan helm kuncup. Dia adalah Dewa perang, langit, badai, kesuburan, dan panen besar. Dalam Qur'an, Baal disebut ketika Nabi Elias memperingatkan masyarakatnya karena menyembah Baal (dewa matahari Allah) dan bukan dewa bulan Allah, yang dianggap terbaik dari segala pencipta (37:125). Versi lain menyatakan bahwa yang benar adalah dewi matahari dan bukan dewa dan namanya adalah Shams (Rodinson, 2002, p. 23). Anehnya, ada sura dalam Qur'an yang bernama Shams atau Matahari (Sura 91, yang diturunkan di Mekah). Muhammad jelas lebih memilih Shams dari Baal yang adalah dewa matahari Mesir.Jika ada Sura bernama Shams, maka tentunya tidak heran jika ada pula suran bernama Qamar atau bulan (Sura 54, yang diturunkan di Mekah).
Mengapa Muhammad tidak memilih Baal sebagai dewa matahari Allah? Jawabannya sederhana. Matahari merupakan sumber enerji utama bagi masyarakat pertanian. Karena itu, wajar jika masyarakat pertanian menganggap Allah dewa matahari sebagai dewa mereka yang utama. Inilah sebabnya bangsa Mesir yang petani menyembah Baal.Muhammad berasal dari masyarakat peternak / penggembala, yang tidak tertarik pada masalah pertanian (hal ini nanti akan dibahas lebih jauh) - jadi buat apa menyembah Baal? Karena itu pula Baal versi dewa matahari Allah tidak begitu disukai oleh Muhammad dari Arabia. Sudah jelas bahwa masyarakat Pagan Mekah sangat kenal dengan dewa bulan Allah. Mereka biasa menyajikan pertunjukan makanan kepada Allah dan membagi-bagikannya kepada dewa2 berhala lainnya, seperti Ammanas di negara Kahulan (6.136) (ibn Ishaq, 2001, p. 37). Ini adalah kebiasaan sistem agama yang dilakukan Arab Pagan selama turun-temurun. Lalu Muhammad mulai mengajarkan dan mengajak Quraish Mekah untuk menyembah Allah saja (Allah Monotheisme). Muhammad punya versi tersendiri akan Allah, yang membuat masyarakat Pagan sangat bingung dan tidak senang. Muhammad mulai mengecam mereka karena membagi persembahan makanan kepada dewa2 lain selain Allah, tepatnya Allah versi Muhammad. Tapi masyarakat Mekah Quraish bertoleransi. Mereka membiarkan Muhammad mengajarkan sekehendak hati. Masalah muncul ketika Muhammad ingin menghancurkan sumber mata pencaharian utama bangsa Quraish yakni naik haji dan pariwisata yang berhubungan dengan ziarah ke Ka'bah tempat para dewa dan dewi. Kaum Pagan Mekah bahkan punya gambar2 Abraham, Yesus, dan Maria - untuk menarik hati wisatawan Kristen dan Yahudi. Menurut sejarawan Arab terkemuka Phillip Hitti, di jaman Muhammad, Mekah memiliki penduduk Kristen Abyssinia (Hitti, 2002, p. 106).
Karena itu ziarah-pariwisata Mekah merupakan sumber nafkah yang penting (Ibid, p. 64). Awalnya, masyarakat Pagan Mekah tidak mau mengganggu daya tarik pariwisata daerah mereka dengan bertengkar melawan pengikut2 Muhammad. Meskipun Muhammad mengejek dan mengritik, mereka mendiamkannya saja. Bahkan penulis sejarah Islam terkemuka al-Tabari juga mengaku bahwa Muhammad tidak ditindas oleh kaum Pagan Mekah. Menurut Tabari, para pengikut Muhammad kebanyakan adalah anak2 muda, beberapa adalah putra dan adik dari pedagang2 ulung di Mekah. Muhamad tidak mengalami penindasan fisik apapun, meskipun terkadang dibuat jengkel. Paman Muhammad yang bernama Abu Thalib adalah orang yang dihormati di Mekah dan karena perlindungannya, Muhammad terhindar dari penyerangan pribadi (Tabari, 1988, p. 6.43).
Sikap Muhammad bisa mengurangi pendapatan para pedagang Mekah. Para pedagang ini juga merasa Muhammad mungkin mengancam posisi politis mereka yang berpengaruh di Mekah. Kaum Quraish tidak sangat memusuhi Muhammad sampai dia menyinggung dewa2 mereka, terutama pada Allat yang merupakan salah satu anak perempuan Allah. Hal ini mempengaruhi bisnis dengan pedagang2 Taif (Ibid, pp. 6.42, 43).
Anak2 Perempuan Allah
Kita telah baca bahwa dewa Bulan Allah adalah dewa maskulin. Apakah Allah punya istri atau pasangan wanita?Pertanyaan ini akan membuat Muslim tulen marah berat. Tapi bukti2 sejarah, terutama bukti epigrafi, terlalu jelas untuk bisa ditolak. Dari tulisan2 kuno peninggalan budaya Sumeria (Babylon), tampak nyata bahwa Allah memang punya pasangan wanita (mungkin adalah istrinya) dan namanya adalah Lilith. Kaum Pagan percaya bahwa Allat adalah anak perempuan hasil hubungan Allah dan Lilith.
Allat digambarkan dalam epigraf Syria sebagai sosok yang mirip ibunya, Lilith, dengan buah dada dan vulva yang besar. Di buku Phillip Hitti yang berjudul History of the Arabs ditampilkan gambar Allat pada sebuah uang logam perunggu Nabatean (Hitti, 2002, p. 86). Wujud Allat ini mirip dengan Dewi Pengetahuan Hindu bernama Saraswati.
SUMBER:wordpress.com