Senin, 11 Maret 2013
PENDAHULUAN
Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570 M), Makah adalah sebuah kota
yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik
karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan
yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya
Ka’bah di tengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Makkah kelihatan
makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas
kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Bila dilihat dari asal usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat
dibagi menjadi menjadi dua golongan besar yaitu : Qahthaniyun (keturunan
Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail Ibn Ibrahim). Pada mulanya wilayah
utara diduduki golongan Adnaniyun, dan wilayah selatan didiami golongan
Qahthaniyun. Akan tetapi lama kelamaan kedua golongan itu membaur karena
perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya .[1]
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Bagaimanakah
keadaan sosial Makkah sebelum islam?
B.
Bagaimanakah
keadaan Makkah setelah Islam masuk ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Sosial
Kota Mekah merupakan tempat yang dipandang suci oleh
seluruh bangsa Arab. Kota Mekah sejak awal didirikan telah mengenal sistem
pemerintahan.Beberapa suku pernah memegang kekuasaan atas kota Mekah, yaitu
suku Amaliqah (sebelum Nabi Ismail dilahirkan), suku Jurhum, dan suku Khuza’ah
(440 M). Suku Khuza’ah yang mengambil kekuasaan Mekah dari suku Jurhum
mendirikan Darun Nadwah, yaitu tempat untuk bermusyawarah bagi penduduk Mekah
di bawah pengawasan Qushai.
1)
Jahiliyah
Konteks sosial masyarakat Makkah Pra Islam yaitu Jahiliyah. Bagi
sebagian kalangan jailiyah di artikan sebagai komunitas orang yang bodoh. Namun
Muhammad al Jabiry membantah pandangan tersebut, karena masyarakat pra islam sudah
mempunyai kebudayaan sendiri.
Masyarakat jahiliyah hidup sebagaimana layaknya masyarakat yang
lain. hanya saja sistem hidupnya ditentukan sejauhmana otoritas kesukuan dan
kekuasaan ekonomi mempengaruhi sebuah tatanan sosial. Tidak adanya norma hukum
dan nabi di tengah-tengah kalangan Quraysh telah menyebabkab munculnya konflik
diantara mereka. Maka pada saat itu dikenal dengan istilah Ayyam al-‘Arab (Hari-hari
orang arab). Menurut Hitti, tradisi ini mengisahkan tentang permusuhan antar
suku yang disebabkan oleh persengketaan dalam soal hewan ternak, padang rumput
dan mata air.
Ada 3 kelompok masyarakat jahiliyah yaitu : Pertama, masyarakat
pagan yang nomaden. Mereka adalah kelompok yang kaya dan mempunyai tradisi
keberagaman yang amat beragam. Tradisi mereka yang nomaden masih memberikan
ruang untuk mencari agam yang memberikan
mereka solusi terhadap kebutuhan pokok sehari-hari.
Kedua, masyarakat pagan yang menetap, jika dibandingkan dengan
masyarakat pagan yang nomaden, mereka yang menetap ini lebih religius. Dari
segi keyakinan mereka dikenal sebagai penyembah berhala. Kelompok ketiga yaitu
mereka yang meyakini adanya tuhan tetapi mereka tidak menafikan keberadaan
kelompok lain.[2]
Masyarakat baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya
kesukuan Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam
suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk
Kabilah. Beberapa kelompok Kabilah membentuk Suku dan dipimpin oleh seorang
Syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau
solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku.
Mereka suka berperang oleh karena itu peperngan antar suku sering sekali
terjadi. Sikap ini tampaknya sudah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam
diri masyarakat Arab. Karena itu perang antar suku sering terjadi. Dalam
masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah.
Dunia Arab ketika itu merupakan kancah peperangan yang terus menerus.[3]
2)
Pusat
perdagangan
Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan orang Arab adalah
perdagangan dan bisnis. Orang-orang Arab di masa jahiliyah sangat dikenal
dengan bisnis dan perdagangannya. Perdagangan menjadi darah daging orang-orang
Arab.[4]
Ada Tiga alasan yang menyebabkan Makkah menjadi salah pusat
perdagangan : Pertama, Ka’bah sebagai tempat suci yang membuat setiap orang
terkesanuntuk mengunjunginya. Kedua, air Zamzam, kita tahu timur tengah adalah
tempat yang tandus, yang tidak mudah untuk mendapatkan air. Maka, keberadaaan
sumber air zamzam dengan nilai kesejarahannya yang sangat luar biasa menjadi
pemikat banyak orang untuk mendatanginya. Ketiga,Makkah adalah tempat yang
menjamin keamanan dan kenyamanan. Mereka yang datang ke Makkah dilarang untuk
menumpahkan darah. Untuk
memuliakan dan menghormati Ka’bah.[5]
3)
Pusat
peradaban
Kultur yang berkembang pada masyaakat Arab pada umumnya adalah
kultur klenik. Dan dikenal dengan ilmu pengetahuan dan filsafatnya. Bahasa
merupakan yang penting dalam pembentukan kebudayaan orang-orang Makkah
Pra-Islam. Karena dengan bahasa mereka mampu menjalin kerjasama dengan
masyarakat Arab lainnya diluar Makkah. Disamping itu Syair merupakan salah satu
kekuatan tersendiri, karena hal tersebut sebagai cara untuk mengekspresikan
perasaan orang Arab. Para penyair di anggap sebagai salah satu kelompok yang
menyuarakan perasaan mereka. Karya sastra Pra-Islam yang sangat populer antara
lain al-Muallaqaat, karya Abu Tamam, al-Aghani, Mukhtaridat karya
Ibnu al-Syajari dan karya lain-lainnya.[6]
B.
Arab Setelah Islam
1.
Kelahiran
dan Empat Puluh Tahun Sebelum Nubuwah
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabi’ul Awal 570 M. Ayahnya
Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim seorang kepala suku Quraisy yang besar
pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab bin Bani Zuhrah.[7]Selagi nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan ibunya, Ayahnya
telah meninggal dunia di kota Yatsrib (Madinah).[8] Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah
Sa’diyyah. Dalam asuhannya Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setalah
berusia enam tahun Beliau menjadi Yatim piatu karena ditinggal oleh ibunya.
Setelah aminah meninggal. Abdul muthalib mengambil alih
tanggungjawab merawat Muhammad. Namun dua tahun kemudian Abdul Muthalib
meninggal dunia. Tanggungjawab selanjutnya beralih kepada panamnya, Abu Thalib.
Seperti juga Abdil Muthalib, dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy
dan penduduk Makkah, tetapi dia miskin.
Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai pengembala kambing. Melalui
pengembalaan ini dia menemukan tempat berpikir dan termenung. Pemikiran dan
perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi. Sehingga ia
terhindar dari segala macam noda yang yang dapat merusak namanya, karena itu
sejak muda ia sudah dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke
Syiria dalam usia 12 tahun. Dalam perjalanan ini, di Busra sebelah selatan
Syiria ia bertemu dengan pendeta kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat
tanda-tanda kenabian pada Muhammad. Pada usia yang ke 25, Muhammad berangkat ke
Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya yang telah menjanda,
Khadijah. Dalam perdagangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah
kemudian melamarnya, lamaran itu diterima dan pernikahannya segera
dilaksanakan. Khadijah adalah wanita pertama yang masuk islam dan banyak
membentu nabi Muhammad dalam perjuangan menyebarkan islam. Dalam pernikahan itu
mereka dikaruniai enam orang anak, dua
putra empat putri : Qasyim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulsum, dan
fatimah. [9]
2. Bangsa Arab Sebelum Fathul Mekah
Ketika Islam pertama kali disiarkan oleh nabi Muhammad
SAW secara terang-terangan,bangsa Arab melakukan penolakan. Terutama kaum
Quraisy yang sangat tidak menerima agama baru yang di bawa oleh nabi Muhammad
SAW. Mereka tetap berpendapat bahwa kepercayaan watsanilah yang paling benar. Karena
kepercayaan tersebut menupakan warisan dari nenek moyang mereka. Kaum Quraisy
berpendapat bahwa kepercayaan yang telah di anut oleh nenek moyang mereka itu
telah cukup untuk mereka. Bahkan mereka menyeru nabi Muhammad untuk tidak
menyiarkan Islam dan kembali pada kepercayaan Watsani.
Perilaku bangsa Arab pada masa sebelum fatahul Mekah, belum
terdapat perubahan yang besar. Mereka masih saja melakukan kebiasaan-kebiasaan
jahiliyah. Hanya beberapa orang yang masuk Islam saja yang mengalami
perubahan-perubahan perilaku. Sedangkan sebagian besar bangsa Arab yang belum
masuk Islam tetap meneruskan kebiasaan-kebiasaan mereka. Pada waktu ini nabi
Muhammad SAW mendapatkan tantangan yang sangat berat dalam menyebarkan Islam.[10]
3. Bangsa Arab Setelah Fathul Mekah
Setelah terjadinya penaklukkan terhadap kota Mekah, penduduk
kota tersebut yang masih menganut kepercayaan watsani tiba-tiba berbondong-bondong
menyatakan bahwa mereka masuk Islam.
Maka sejak itu terjadi perubahan-perubahan yang besar
terhadap mereka baik dari segi watak, budaya dan kepercayaan. Dari segi watak, perubahan
yang terjadi yaitu bangsa Arab yang semula sangat bangga dengan kabila, darah
dan turunannya masing-masing maka ketika Islam telah menjadi agama yang mereka
anut mereka dipersatukan di atas suatu bendera dengan satu nama yaitu Islam.[11]
Sehingga bangsa Arab saat itu saling menghormati satu
sama lain dan karena itu pula perselisihan-perselisihan antar kabilah yang
sering terjadi pada masa jahiliyah dapat dihindarkan.Islam juga mengajarkan
untuk saling menyayangi satu sama lain ,menyambung tali silaturahim dan
bertetangga dengan baik.[12]
Dilihat dari segi budaya,perubahan yang terjadi ialah:
·
Bangsa Arab yang semula sangat gemar melantunkan dan mendengarkan
syair-syair para penyair di pasar Ukaz pada zaman Islam, mereka asik membaca
Qur'an siang dan malam.
·
Kebiasaan meratap yang sering dilakukan pada masa jahiliah mereka
tinggalkan. Karena agama Islam telah melarang perbuatan meratap.
·
Pada zaman Islam, bangsa Arab juga
telah merubah kebiasaan mereka yang suka membunuh anak perempuan yang baru
lahir.
·
Terhapusnya sistem perbudakan karena dalam Islam semua orang memiliki hak
yang sama.
·
Adanya pengaturan terhadap
pernikahan. Sehingga kebiasaan mengawini janda bekas ayah yang dilakukan oleh
masyarakat jahiliah dilarang.[13]
Perubahan-perubahan yang dibawa Islam dalam sistem
kepercayaan bangsa Arab sangat jelas terlihat. Bangsa Arab tidak lagi menyembah
berhala, matahari dan bulan. Mereka mengamalkan ajaran-ajaran islam seperti : salat,
puasa, membayar zakat, dan berhaji.[14]
sumber: http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/01/kondisi-sosial-masyarakat-makah-sebelum.html
sumber: http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/01/kondisi-sosial-masyarakat-makah-sebelum.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Posting Komentar