sejarah islam

Pages

  • Beranda
Mini Rage Face OMG Smiley
animasi bergerak gif
My Widget
animasi bergerak gif
My Widget

Blog Archive

  • ▼  2013 (30)
    • ►  Maret (9)
    • ▼  Februari (21)
      • LIMA NAMA ORANG SUCI DI PERAHU SANG NABI
      • Hudzaifah Ibnul Yaman
      • Peristiwa Perang Badar
      • Bani Umayyah di Andalus
      • Masa Keemasan ke-Khilafahan Bani Umayyah
      • Sejarah Singkat Allah
      • Kilas Balik Arabia Sebelum Jaman Islam
      • Perbandingan kekhalifahan dengan sistem pemerintah...
      • Sejarah Ke Khalifahan Islam
      • SEJARAH KEDATANGAN ISLAM KE TANAH MELAYU
      • FAKTA SEJARAH ISLAM YANG DISEMBUNYIKAN NEGARA BARAT
      • sejarah perkembangan islam di asia
      • sejarah perkembangan islam di afrika
      • sejarah perkembangan agama islam di australia
      • perkembangan islam di eropa
      • sejarah perkembangan dan kejatuhan islam di dharus...
      • KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
      • kedatangan dan penyebaran islam di nusantara
      • tonggak penyebaran islam di nusantara
      • penyebaran islam di indonesia
      • sejarah islam di indonesia

About Me

Unknown
Lihat profil lengkapku
Powered By Blogger

Archive

  • ▼ 2013 (30)
    • ► Maret (9)
    • ▼ Februari (21)
      • LIMA NAMA ORANG SUCI DI PERAHU SANG NABI
      • Hudzaifah Ibnul Yaman
      • Peristiwa Perang Badar
      • Bani Umayyah di Andalus
      • Masa Keemasan ke-Khilafahan Bani Umayyah
      • Sejarah Singkat Allah
      • Kilas Balik Arabia Sebelum Jaman Islam
      • Perbandingan kekhalifahan dengan sistem pemerintah...
      • Sejarah Ke Khalifahan Islam
      • SEJARAH KEDATANGAN ISLAM KE TANAH MELAYU
      • FAKTA SEJARAH ISLAM YANG DISEMBUNYIKAN NEGARA BARAT
      • sejarah perkembangan islam di asia
      • sejarah perkembangan islam di afrika
      • sejarah perkembangan agama islam di australia
      • perkembangan islam di eropa
      • sejarah perkembangan dan kejatuhan islam di dharus...
      • KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
      • kedatangan dan penyebaran islam di nusantara
      • tonggak penyebaran islam di nusantara
      • penyebaran islam di indonesia
      • sejarah islam di indonesia

jam

Followers

Kamis, 28 Februari 2013

LIMA NAMA ORANG SUCI DI PERAHU SANG NABI

LIMA NAMA ORANG SUCI DI PERAHU SANG NABI (do’a tawassul di plat kapal nabi Nuh ‘alaihisalam)

Posted on Juli 20, 2011 by syiahali

Ayatullah (Bahasa Arab: آية الله; Bahasa Persia: آيت‌الله) adalah gelar tertinggi yang diberikan kepada ulama Syi’ah. Kata ini berarti “Tanda dari Allah” dan mereka yang memiliki gelar tersebut ahli dalam studi tentang Islam, seperti Syari’ah (Hukum Islam), filsafat, etika, mistik dan biasanya mengajar di sekolah pengetahuan tentang Islam (hauzah) atau pesantren kalau di Indonesia. Gelar di bawah Ayatullah adalah Hojætol-Islam (“Ahli tentang Islam”). baca selanjutnya Gelar ini diberikan secara konsensus: seorang pelajar relijius yang mendapatkan kehormatan dan kekaguman dari guru-gurunya untuk pengetahuan dan tingkah laku setelah menyelesaikan sekolah hauzah. Setelah itu ia dapat mengeluarkan fatwa tersendiri dengan bersumber pada : Al Qur’an, Sunnah, Ijma dan Aql/akal (ekuivalen dengan prinsip Sunni, Qiyas).

Ayatullah kemudian dapat mengajar di hauzah sesuai dengan keahliannya dan dapat berlaku sebagai referensi bagi pertanyaan relijius dan sebagai hakim dalam bidang agama. Hanya sedikit dari dari para Ayatullah yang penting yang diberikan gelar Ayatullah Utama / Grand Ayatollah (Ayætollah-e Ozme, “Tanda terbesar dari Allah”) atau Mærjæ’e Tæqlid (“Reference for Emulation”). Hal ini terjadi bila pengikut dari seorang Ayatullah mengikuti pedoman dari dia dalam berbagai situasi dan memintanya untuk mempublikasikan fatwa-fatwanya yang merupakan jawabannya dalam berbagai pertanyaan dalam kehidupan keseharian seorang Muslim. Buku ini disebut Risalah.

——————————————————

ilustrasi kapal  Nabi Nuh :

safeena2.jpg
bahtera-nabi-nuh.jpg

Rekor Dunia Yang Dipegang Oleh Kapal Nabi Nuh

Tolong Anda sebutkan berapa lama jarak masa yang terbentang di antara pengutusan para nabi Ulul Azmi?

Tiada penjelasan akurat dokumen-dokumen sejarah terkait dengan berapa jarak masa yang terbentang di antara pengutusan para nabi Ulul Azmi. Namun dalam sebagian literatur disebutkan beberapa hal yang berbeda-beda yang dari kesemua itu dapat ditarik kesimpulan sebagaimana berikut ini:

Jarak Nabi Adam As hingga Nabi Nuh As adalah lebih dari 1200 tahun lamanya. Jarak antara Nabi Nuh As hingga Nabi Ibrahim As adalah 2240 tahun. Jarak antara Nabi Ibrahim As hingga Nabi Musa As adalah 900 tahun. Jarak antara Nabi Musa As hingga Nabi Isa As adalah 1900 tahun. Dan jarak antara Nabi Isa As hingga Nabi Muhammad Saw adalah 620 tahun lamanya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Imam Shadiq As bersabda, “Antara Nabi Nuh As dan Nabi Ibrahim As terbentang jarak seribu tahun lamanya.”

9a6f0  situs foto perahu nabi nuh di turki Rekor Dunia Yang Dipegang Oleh Kapal Nabi Nuh

Allah memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera. Bersama para pengikutnya, Nuh mengumpulkan paku dan menebang kayu besar dari pohon yang ia tanam selama 40 tahun. Melalui wahyu-Nya, Allah membimbing Nuh membuat bahtera yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir. Berikut rekor dunia yang dipegang oleh Bahtera Nuh :

1. Bahtera Nuh Dipimpin Oleh Nahkoda Tertua Di Dunia (berusia 600 th).

Ibnu Abbas menceritakan Bahwa nabi Nuh diutus pada kaumnya ketika berumur 480 tahun. Masa kenabiannya adalah 120 tahun dan berdakwah selama 5 abad. Dia mengarungi banjir ketika ia berumur 600 tahun dan kemudian setelah banjir ia hidup selama 350 tahun.

2. Bahtera Nuh Merupakan Kapal Terbesar Di Dunia Yang Terbuat Dari Kayu.

Ibnu Abbas menceritakan Bahwa Suatu ketika Nabi Isa menghidupkan Ham bin Nuh dan bertanya kepadanya kenapa rambutnya beruban, ia menjawab dia meninggal di saat usia muda karena ketakutannya ketika banjir. Ia berkata bahwa panjang kapal Nuh adalah 1200 Kubit dan lebarnya 600 Kubit dan mempunyai 3 lapisan.

3. Bahtera Nuh Merupakan Alat Angkutan Laut Pertama Di Dunia.

Allah membimbing Nuh membuat bahtera yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir. Bahtera Nuh dianggap merupakan alat angkutan laut pertama di dunia.

4. Bahtera Nuh Merupakan Alat Angkutan Laut Pertama Di Dunia Yang Terbuat Dari Kayu.

Bersama para pengikutnya, Nuh mengumpulkan paku dan menebang kayu besar dari pohon yang ia tanam selama 40 tahun.

5. Bahtera Nuh Merupakan Kapal Angkut Bertingkat Pertama Di Dunia (3 tingkat).

Panjang kapal Nuh adalah 1200 Kubit dan lebarnya 600 Kubit dan mempunyai 3 lapisan. Tingkat pertama diletakkan binatang-binatang liar dan yang sudah dijinakkan, tingkat kedua ditempatkan manusiaingkat ketiga untuk burung-burung.

6. Bahtera Nuh Merupakan Kapal Yang Belayar Tertinggi Dari Dasar Laut.

Menurut Al Quran, bahtera Nuh telah mendarat di Bukit Judi. Ada pendapat yang menunjukkan suatu gunung di wilayah Kurdi atau tepatnya dibagian selatan Armenia, ada pendapat lain dari Wyatt Archeological Research, bukit tersebut terletak di wilayah Turkistan Iklim Butan, Timur laut pulau yang oleh orang-orang Arab disebut sebagai Jazirah Ibnu Umar (Tafsir al-Mishbah).

7. Bahtera Nuh Adalah Kapal Anti Topan Dan Banjir Pertama Di Dunia.

Allah membimbing Nuh membuat bahtera yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir. bootingskoBlog

8. Bahtera Nuh Adalah Kapal Pertama Yang Berlayar Tanpa Kompas.

Setelah bahtera itu selesai, Kitab Kejadian menggambarkan bahwa air merendam bumi selama 150 hari lamanya dan setelah itu air mulai surut.

9. Bahtera Nuh Dinahkodai Bukan Ahli Ilmu Kelautan Dan Perbintangan.

Nuh adalah seorang nabi yang diceritakan dalam Taurat, Alkitab, dan Al-Quran. Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Diperkirakan ia tinggal di wilayah Selatan Irak modern.

10. Bahtera Nuh Adalah Satu-Satunya Kapal Angkut Dengan Penumpang Paling Sedikit Pertama Di Dunia.

Ibnu Thabari menceritakan setelah kapal berlabuh di pegunungan Ararat, ia kemudian membangun suatukota di daerah Ararat (Qarda) disuatu areal yang termasuk Mesopotamia dan menamakan kota tersebut Themanon (Kota delapan Puluh) karena kota tersebut dibangun oleh orang yang beriman yang berjumlah 80 orang.

11. Bahtera Nuh Adalah Kapal Angkut Yang Mengangkut Jenis Binatang Berpasangan Terbanyak Di Dunia.

Nuh memiliki 4 anak laki-laki: Kan�an, Sem, Ham, dan Yafet. Menurut kitab Kejadian, pada jamannya terjadi air bah yang menutupi seluruh bumi; hanya ia sekeluarga (istrinya, ketiga anaknya, dan ketiga menantunya) dan binatang-binatang yang ada di dalam bahtera Nuh yang selamat dari air bah tersebut.

12. Bahtera Nuh Satu-Satunya Kapal Yang Mendarat Di Gunung.

Berdasarkan foto yang dihasilkan dari gunung Ararat, menunjukkan sebuah perahu yang sangat besar diperkirakan memilik luas 7.546 kaki dengan panjang 500 kaki, lebar 83 kaki dan tinggi 50 kaki dan masih ada tiga tingkat lagi diatasnya.

13. Bahtera Nuh Adalah Kapal Yang Mengarungi Banjir Terlama Di Dunia.

Kitab Kejadian menggambarkan bahwa air merendam bumi selama 150 hari lamanya dan setelah itu air mulai surut. Nuh menunggu hingga bumi benar-benar kering sebelum membuka pintu bahtera.

penemuan kapal nabi nuh, hmmmm… percaya gak???


KAPAL NABI NUH

.

Kapal Nabi Nuh

Sebuah tim petualang dari Kristen Evangelis mengklaim bahwa mereka telah menemukan sisa-sisa bahtera Nuh di bawah salju dan puing-puing vulkanis di Turki.
sumber:http://syiahali.wordpress.com/page/446/?referer=www.domainratio.com
.

Diposting oleh Unknown di 21.13 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Jumat, 22 Februari 2013

Hudzaifah Ibnul Yaman

Hudzaifah Ibnul Yaman
Pemegang rahasia Rasulullah saw

Beliau adalah Hudzaifah bin Husail bin Jabir Al ‘Absi Al Yamani, Abu Abdillah.[1]  Al Yaman, ayah Hudzaifah, adalah Hisl, dikatakan Husail, orang Makkah dari bani ‘Abbas. Oleh karena hutang darah dalam kaumnya, ia terpaksa menyingkir dari Makkah ke Yatsrib (Madinah). Di sana dia minta perlindungan pada Bani ‘Abd Asyhal dan bersumpah setia pada mereka untuk menjadi keluarga dalam persukuan Bani ‘Abd Asyhal. Kemudian ia kawin dengan perempuan suku Asyhal. Dari perkawinannya itu lahirlah anaknya, Hudzaifah. Maka hilanglah halangan yang menghambat Al Yaman untuk memasuki kota Makkah. Sejak itu dia bebas pulang pergi antara Makkah dan Madinah. Namun begitu, dia lebih banyak tinggal dan menetap di Madinah.[2]  Nama Al Yaman adalah penamaan dari kaumnya, karena sumpahnya untuk orang-orang Yaman, sedang mereka adalah kaum ansor.[3]
Awal Keislamannya
Ketika Islam memancarkan cahayanya ke Jazirah Arab, Al Yaman termasuk salah seorang dari sepuluh orang Bani ‘Abbas untuk menemui Rasulullah saw SAW dan menyatakan Islam dihadapan beliau.. Semua itu terjadi sebelum hijrah Rasulullah saw ke Madinah. Sesuai dengan garis keturunan yang berlaku di negeri Arab, yaitu menurut garis keturunan bapak(patriachal), maka Hudzaifah adalah orang Makkah yang lahir dan dibesarkan di Madinah.
Hudaifah Ibnul Yaman lahir di rumah tangga muslim, dipelihara dan dibesarkan dalam pangkuan kedua ibu  bapaknya yang telah memeluk agama Allah, sebagai rombongan pertama. Karena itu Hudzaifah telah Islam sebelum ia bertemu muka dengan Rasulullah saw SAW.[4]
Periwayatan Hadits
Para sahabat yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah : Abu Wail, Zir bin Hubaisy, Zaid bin Wahab, Rib’i bin Hirosy, Silah bin Zufir, Tsa’labah bin Zahdam, Abu ‘Aliyah  Ar Riyayi, Abdurrahman bin Abi Laila, Muslim bin Nuzair Abu Idris Al Khoulani, Qois bin Ubad, Abul Bakhtari, Na’im bin Abi Hindi, Hammam bin Harits.
Jumlah hadits yang diriwayatkan olehnya dalam shohihain adalah 12 hadits. Sedangkan dalam shohih bukhori 8 hadits, Muslim 17 hadits.[5]
Keistimewaan Hudzaifah Ibnul Yaman
Rasulullah saw menilai, dalam pribadi Hudzaifah Ibnul Yaman terdapat tiga keistimewaan yang menonjol :
Pertama    :    cerdas tiada bandingan, sehingga ia dapat meloloskan diri dalam situasi     yang serba sulit.
Kedua    :    cepat tanggap, berpikir cepat, tepat dan jitu, yang dapat dilakukannya setiap diperlukan.
Ketiga    :    memegang rahasia, dan berdisiplin tinggi, sehingga tak seorangpun dapat mengorek yang dirahasiakannya
Sudah menjadi salah satu kebijaksanaan Rasulullah saw, berusaha menyingkap keistimewaan para sahabatnya, dan menyalurkannya sesuai dengan bakat dan kesanggupan yang terpendam dalam pribadi masing-masing mereka. Yakni menempatkan seseorang pada tempat yang selaras.
Kesulitan terbesar yang dihadapi kaum muslimin di Madinah adalah kehadiran kaumYahudi munafik dan sekutu mereka, yang selalu membuat isu-isu dan muslihat jahat, yang dilancarkan mereka terhadap Rasulullah dan para sahabatnya. Maka dalam menghadapi kesulitan itu Rasulullah saw mempercayakan suatu yang sangat rahasia kepada Hudzaifah Ibnul Yaman, dengan memberikan daftar nama orang munafik itu kepadanya. Itulah suatu rahasia yang tidak pernah bocor kepada siapa pun hingga sekarang, baik kepada para sahabat yang lain atau kepada siapa saja. Dengan mempercayakan hal yang sangat rahasia itu, Rasulullah saw menugaskan Hudzaifah memonitor setiap gerak-gerik dan kegiatan mereka, untuk mencegah bahaya yang mungkin dilontarkan mereka terhadap Islam dan kaum muslimin. Dan karena itu, Hudzaifah Ibnul Yaman digelari oleh para sahabat dengan ” Shohibu sirri Rasulullah saw” (Pemegang rahasia Rasulullah saw).
Pada suatu ketika, Rasulullah saw memerintahkan Hudzaifah melaksanakan suatu tugas yang amat berbahaya, dan membutuhkan ketrampilan luar biasa untuk mengatasinya. Karena itulah beliau memilih orang yang cerdas, tanggap dan disiplin tinggi. Peristiwa itu terjadi pada puncak peperangan Khondak. Kaum muslimin telah lama dikepung rapat oleh musuh, sehingga mereka merasakan ujian yang berat, menahan penderitaan yang hampir tak tertanggungkan, serta kesulitan-kesulitan yang tak teratasi. Semakin hari situasi semakin gawat, sehingga menggoyahkan hati yang lemah. Bahkan menjadikan sementara kaum muslimin berprasangka yang tidak wajar terhadap Allah SWT.
Namun begitu, pada saat kaum muslimin mengalami ujian berat dan menentukan itu, kaum Quraisy dan sekutunya yang terdiri dari kaum musyrik, tidak lebih baik keadaannya dari pada yang dialami kaum muslimin. Karena murka Nya, maka Allah azza wa jalla menimpakan bencana kepada mereka dan melemahkan kekuatannya. Allah meniupkan angin topan yang amat dahsyat, sehingga menerbangkan kemah-kemah mereka, membalikkan periuk, kuali dan belanga, memadamkan api, menyiram muka mereka dengan pasir dan menutup mata dan hidung mereka dengan tanah.
Pada situasi genting dalam sejarah setiap peperangan, pihak yang kalah adalah yang lebih dahulu mengeluh dan pihak yang menang ialah yang dapat bertahan menguasai diri melebihi lawannya. Maka dalam detik-detik seperti itu, amat diperlukan informasi secepatnya mengenai kondisi musuh, untuk menetapkan penilaian dan landasan dalam mengambil putusan melalui musyawarah.
Ketika itulah Rasulullah membutuhkan ketrampilan Hudzaifah Ibnul Yaman, untuk mendapatkan info-info yang tepat dan pasti. Maka beliau memutuskan untuk mengirim Hudzaifah ke jantung pertahanan musuh, dalam kegelapan malam yang hitam pekat.
Hudzaifah bercerita : “Malam itu kami (tentara muslim) duduk berbaris, Abu Sofyan dengan dua baris pasukannya kaum musyrikin Makkah mengepung kami sebelah atas. Orang-orang Yahudi Bani Quraidhoh berada disebelah bawah. Yang kami kuatirkan ialah serangan mereka terhadap para wanita dan anak-anak kami. Malam sangat gelap. Belum pernah kami alami gelap malam yang sepekat itu, sehingga tidak dapat melihat anak jari sendiri. Angin bertiup sangat kencang, sehingga desirnya menimbulkan suara bising yang memekakkan. Orang-orang lemah iman, dan orang-orang munafik minta izin pulang kepada Rasulullah, dengan alasan rumah mereka tidak terkunci. Padahal sebenarnya rumah mereka terkunci.
Setiap orang yang minta izin pulang, diberi izin oleh Rasulullah saw, tidak ada yang dilarang atau di tahan beliau. Semuanya pergi dengan sembunyi-sembunyi, sehingga kami  yang tetap bertahan, hanya tinggal 300 orang.
Rasulullah saw berdiri dan berjalan memeriksa kami satu persatu. Setelah beliau sampai ke dekatku, aku sedang meringkuk kedinginan. Tidak ada yang melindungi tubuhku dari udara dingin yang menusuk-nusuk, selain sehelai sarung butut kepunyaan istriku, yang hanya dapat menutupi hingga lutut. Beliau mendekatiku yang sedang menggigil, seraya bertanya, ” Siapa ini ?”
” Hudzaifah ! ” jawabku.
“Hudzaifah! Tanya Rasulullah saw minta kepastian. Aku merapat ke tanah, sulit berdiri karena sangat lapar dan dingin.
” Betul, ya Rasulullah saw!” jawabku.
“Ada beberapa peristiwa yang dialami musuh, pergilah engkau ke sana dengan sembunyi-sembunyi untuk mendapatkan data-data yang pasti, dan laporkan kepadaku segera…..!” kata beliau memerintah.
Aku bangun dengan ketakutan dan kedinginan yang sangat menusuk. Maka mendo’a Rasulullah saw, “Wahai Allah! Lindungilah  dia, dari hadapan, dari belakang, kanan, kiri, atas dan dari bawah.”
Demi Allah! Sesudah Rasulullah saw selesai mendo’a, ketakutan yang menghantui dalam dadaku, dan kedinginan yang menusuk tubuhku hilang seketika, sehingga aku merasa segar dan perkasa. Tatkala aku memalingkan diriku dari Rasulullah saw, beliau memanggilku dan berkata,” Hai, Hudzaifah! Sekali-kali jangan melakukan tindakan yang mencurigakan mereka sampai tugasmu selesai,dan kembali melapor kepadaku!”
Jawabku, ” Saya siap, ya Rasulullah saw!”
Lalu aku pergi dengan sembunyi-sembunyi dan hati-hati sekali, dalam kegelapan malam yang hitam kelam. Aku berhasil menyusuf ke jantung pertahanan musuh dengan berlagak seolah-olah aku anggota pasukan mereka. Belum lama aku berada di tengah-tengah mereka, tiba-tiba terdengar Abu Sufyan memberi komando.
Katanya, ” Hai, pasukan Quraisy! Dengarkanlah aku berbicara kepada kamu sekalian. Aku sangat kuatir, hendaknya pembicaraanku ini jangan sampai terdangar oleh Muhammad. Karena itu telitilah lebih dahulu setiap orang yang berada di samping kalian masing-masing!”
Mendengar ucapan Abu Sufyan itu, aku segera memegang tangan orang yang di sampingku seraya bertanya, “Siapa kamu?” Jawabnya, “Aku si Anu, anak si Anu!”
Sesudah dirasanya aman, Abu Sufyan melanjutkan bicaranya, ” Hai, pasukan Quraisy! Demi Tuhan! Sesungguhnya kita tidak dapat bertahan di sini lebih lama lagi. Hewan-hewan kendaraan kita telah banyak yang mati. Bani Quraidzah berkhianat meninggalkan kita. Angin topan menyerang kita dengan ganas seperti kalian rasakan. Karena itu berangkatlah kalian sekarang, dan tinggalkan tempat ini. Sesungguhnya aku sendiri akan berangkat.”
Selesai berkata begitu, Abu Sufyan langsung mendekati untanya, dilepaskannya tali penambat, lalu dinaiki dan dipukulnya. Unta itu bangun dan Abu Sufyan langsung berangkat. Seandainya Rasulullah saw tidak melarangku melakukan sesuatu tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada beliau, sungguh telah kubunuh Abu Sufyan dengan pedangku.
Aku kembali ke pos komando menemui Rasulullah saw. Kudapati beliau sedang sholat di tikar kulit, milik salah seorang istrinya. Tatkala beliau melihatku, didekatkannya kakinya kepadaku dan diulurkannya ujung tikar menyuruhku duduk di dekatnya. Lalu ku laporkan kepada beliau segala kejadian yang kulihat dan kudengar. Beliau sangat senang dan bersuka cita, serta mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT.
Hudzaifah sangat cermat dan teguh memegang segala rahasia mengenai orang-orang muafik selama hidupnya. Sehingga kepada para kholifah sekalipun, yang mencoba mengorek rahasia tersebut tidak pernah bocor olehnya. Sampai-sampai kholifah Umar bin Khottob RA, apabila ada orang muslim yang meninggal, dia bertanya, “Apakah Hudzaifah turut menyolatkan jenazah orang itu?” Jika mereka jawab, ada, beliau turut menyolatkannya. Bila mereka katakan tidak, beliau enggan menyolatkannya.
Pada suatu ketika, Kholifah ‘Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah dengan cerdik, “Adakah diantara pegawai-pegawaiku orang munafik?”
Jawab Hudzaifah, “Ada seorang!”
Kata ‘Umar, “Tolong tunjukkan kepadaku, siapa?”
Jawab Hudzaifah, “Ma’af Kholifah, saya dilarang Rasulullah mengatakannya.”
“Seandainya Aku tunjukkan, tentu Kholifah akan langsung memecat pegawai yang bersangkutan.” kata Hudzaifah bercerita.[6]  Rasulullah saw SAW pernah bertanya kepada Hudzaifah, ” Tulislah untukku jumlah manusia yang telah melafalkan keislamannya!” Maka kami menulis untuknya ( bahwa jumlah mereka ) seribu lima ratus orang.[7]
Hudzaifah juga juga termasuk tokoh yang memprakarsai keseragaman mushaf Al Qur’an, sesudah Kitabullah itu beraneka ragam coraknya di tangan kaum muslimin. Dan Hudzaifah hamba Allah yang sangat takut kepada Allah. Dia takut melanggar perintah dan larangan Allah, dan sangat takut akan siksa Nya.
Kepemimpinan dan Jihad Hudzaifah
Hudzaifah menjadi gubernur Madain pada saat kepemerintahan Umar, sampai terbunuhnya Utsman. Saat beliau datang ke Madain, mereka berduyun-duyun keluar untuk menyambut kedatangan wali negeri mereka yang baru diangkat serta dipilih oleh Amirul Mukminin Umar r.a.
Mereka pergi menyambutnya, karena lamalah sudah hati mereka rindu untuk bertemu muka dengan sahabat nabi yang mulia ini, yang telah banyak mereka dengar mengenai kesholehan dan ketaqwaannya, begitu pula tentang jasa-jasanya dalam membebaskan tanah Irak.
Ketika mereka sedang menunggu rombongan yang hendak datang, tiba-tiba muncullah di hadapan mereka seorang laki-laki dengan wajah berseri-seri. Ia mengendarai seekor keledai yang beralaskan kain usang, sedang kedua kakinya teruntai ke bawah, kedua tangannya memegang roti serta garam sedang mulutnya sedang mengunyah…!
Demi ia berada ditengah-tengah orang banyak dan mereka tahu bahwa orang itu tidak lain Hudzaifah Ibnul Yaman, maka mereka jadi bingung dan hampir-hampir tak percaya. Tetapi apa yang akan diherankan…? Corak kepemimpinan bagaimana yang mereka nantikan sebagai pilihan Umar? Hal itu dapat difahami, karena baik di masa kerajaan Persi yang terkenal itu atau sebelumnya, tak pernah diketahui adanya corak pemimpin semulia ini.
Hudzaifah meneruskan perjalanan sedang orang – orang berkerumunan dan mengelilinginya. Dan ketika dilihat bahwa mereka menatapnya seolah-olah menunggu amanat, diperhatikannya air muka mereka, lalu katanya, “Jauhilah oleh kalian tempat-tempat fitnah!
Ujar mereka : “Di manakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah?
Ujarnya : “Pintu rumah pembesar! Seorang di antara kalian masuk menemui mereka dan mengiakan ucapan palsu serta memuji perbuatan baik yang tak pernah mereka lakukan !”
Suatu pernyataan yang luar biasa disamping sangat menakjubkan! Dari ucapan yang mereka dengar dari wali negeri yang baru ini, orang-orang segera beroleh kesimpulan bahwa tak ada yang lebih dibencinya tentang apa saja yang terdapat di dunia ini, begitu pun yang lebih hina dalam pandangan matanya dari pada kemunafikan. Dan pernyataan ini sekaligus merupakan ungkapan yang paling tepat terhadap kepribadian wali negeri baru ini, serta sistem yang akan ditempuhnya dalam pemerintahan.[8]
Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau bagaikan seorang kekasih. Hudzaifah turut bersama-sama dalam setiap peperangan yang dipimpinnya, kecuali pada perang Badar. Karena saat itu beliau sedang pergi sama bapaknya keluar kota madinah. Dalam perjalanan pulang, mereka ditangkap oleh orang kafir Quraisy. Tanya mereka, “Hendak ke mana kalian ?”
Jawab kami, “Ke madinah!”
Tanya mereka, “Kalian hendak menemui Muhammad ?”
Jawab kami, “Kami hendak pulang ke rumah kami Madinah !”
Mereka tidak bersedia membebaskan kami, kecuali dengan perjanjian bahwa kami tidak akan membantu Muhammad, dan tidak akan memerangi mereka. Sesudah itu barulah mereka dibebaskan.
Dalam perang Uhud, Hudzaifah turut memerangi kaum kafir bersama ayahnya, Al Yaman. Dalam peristiwa itu Hudzaifah mendapat cobaan besar. Dia pulang dengan selamat, tetapi ayahnya syahid di tangan kaum muslimin sendiri, bukan oleh kaum musyrikin.[9]
Cukuplah sebagai bukti, ia merupakan orang ketiga atau kelima dalam deretan tokoh-tokoh terpenting pada pembebasan seluruh wilayah Irak. Kota-kota Hamdan, Rai, dan Dainawar, selesai pembebasannya di bawah komando Hudzaifah.
Dalam pertempuran besar Nahawand, orang-orang Persi berhasil menghimpun 150.000 tentara. Amirul Mukminin Umar memilih Nu’man bin Muqorrin sebagai panglima Islam, sedang kepada Hudzaifah dikirimnya surat agar ia menuju tempat itu sebagai komandan tentara Kufah.
Kepada para pejuang itu Umar kirim surat, yang isinya : “Jika kaum muslimin telah berkumpul, maka masing-masing panglima hendaklah mengepalai anak buahnya, sedang yang akan menjadi panglima besar adalah Nu’man bin Muqorrin. Seandainya ia tewas, maka panji-panji komando hendaklah dipegang oleh Hudzaifah, kalau ia tewas pula, diganti Jarir bin Abdillah…”
Amirul Mu’minin masih menyebutkan beberapa nama lagi, ada tujuh orang yang memegang kepemimpinan secara berurutan.
Kedua pasukan pun berhadapanlah….  Pasukan Persi berjumlah 150 ribu tentara, sedang kaum muslimin 30 ribu pejuang. Perang pun berkobar, suatu pertempuran yang tak ada tolak bandingnya, perang terdahsyat dan paling sengit dikenal oleh sejarah…!
Panglima besar kaum muslimin gugur sebagai syahid, tapi sebelum bendera menyentuh tanah, panglima yang baru telah menyambutnya dengan tangan kanannya, dan angin kemenanganpun meniup dan menggiring tentara maju ke muka dengan semangat penuh dan keberanian luar biasa. Panglima baru itu tiada lain Hudzaifah ibnul Yaman.
Bendera segera disambutnya, dan dipesankannya agar kematian Nu’man tidak disiarkan sebelum peperangan selesai. Setelah Hudzaifah memegang bendera, ia menerjang pasukan Persi sambil menyerukan :
“Allahu Akbar, Ia telah menepati janjiNya, Allahu Akbar, telah dibela tentara Nya”
Lalu diputarlah kekang kudanya ke arah anak buahnya, dan berseru :
“Hai Umat Muhammad, pintu-pintu surga telah terbuka lebar, siapa sedia menyambut kedatangan tuan-tuan….! Jangan biarkan ia menunggu lebih lama….! Ayuhlah wahai pahlawan-pahlawan Badar…! Majulah pejuang-pejuangUhud, Khondak dan Tabuk…!”
Dengan ucapan-ucapannya itu, Hudzaifah telah memelihara semangat tempur dan ketahanan anak buahnya. Sehingga perang berahir dengan kekalahan pahit bagi pasukan Persi, suatu kekalahan yang jarang ditemukan bandingannya.
Dialah seorang pahlawan di bidang hikmat, ketika sedang tenggelam dalam renungan, pahlawan di medan juang, ketika berada di medan laga. Pendeknya ia seorang tokoh dalam urusan apa juga yang dipikulkan atas pundaknya, dalam setiap persoalan yang membutuhkan pertimbangannya.[10]

Kesempurnaan Fikiran dan Jiwanya
Sungguh Hudzaifah telah dikaruniai fikiran jernih, menyebabkannya sampai pada suatu kesimpulan, bahwa dalam kehidupan ini sesuatu yang baik itu adalah yang jelas dan gamblang, yakni bagi orang yang betul-betul menginginkannya. Sebaliknya yang jelek ialah yang gelap atau samar-samar, dan karena itu orang yang bijaksana hendaklah mempelajari sumber-sumber kejahatan ini dan kemungkinan-kemungkinannya.
Demikianlah Hudzaifah RA. terus menerus mempelajari kejahatan dan orang-orang jahat, kemunafikan dan orang-orang munafik. Berkatalah ia : “Orang-orang menanyakan kepada Rasulullah saw saw, tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan, karena takut akan terlibat di dalamnya.”
Pernah bertanya :”Wahai Rasululloh, dulu kita berada dalam kejahiliyahan dan diliputi kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini, apakah dibalik kebaikan ini ada kejahatan?” “Ada” ujarnya.”Kemudian apakah setelah kejahatan masih ada lagi kebaikan?, tanyaku pula. “Memang, tetapi kabur dan bahaya.” “Apa bahaya itu ?”.”Yaitu segolongan umat mengikuti sunnah bukan sunahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu dan laranglah!” “Kemudian setelah kebaikan tersebut masihkah ada lagi kejahatan ?” tanyaku pula. “Masih”, ujar Nabi, “yakni para tukang seru di pintu neraka. Barang siapa menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam neraka !
Lalu kutanyakan pada Rasululloh : “Ya Rasulullah, apa yang harus saya perbuat bila saya menghadapi hal demikian…?” Ujar Rasulullah: “Senantiasa mengikuti jama’ah kaum Muslimin dan pemimpin mereka !” “Bagaimana kalau mereka tidak punya jama’ah dan tidak pula pemimpin ?” “Hendaklah kamu tinggalkan golongan-golongan itu semua, walaupun kamu akan tinggal di rumpun kayu sampai kamu menemui ajal dalam keadaan demikian.”
Nah, tidakkah anda perhatikan ucapannya : “Orang-orang menanyakan kepada Rasulullah saw saw, tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan, karena takut akan terlibat di dalamnya…!
Hudzaifah juga pernah berkata : “Sungguh saya akan membeli agamaku sebagian dengan sebagian yang lain, karena saya takut akan hilang semuanya.”[11]
Hudzaifah Ibnul Yaman menempuh kehidupan ini dengan mata terbuka dan hati waspada terhadap sumber-sumber fitnah dan liku-likunya demi menjaga diri dan memperingatkan manusia terhadap bahayanya. Dengan demikian ia menganalisa kehidupan dunia ini dan mengkaji pribadi orang serta meraba situasi.
Pengalaman Hudzaifah yang luas tentang kejahatan dan ketekunannya untuk melawan dan menentangnya, menyebabkan lidah dan kata-katanya menjadi tajam dan pedas. Hal ini diakuinya kepada kita secara ksatria, katanya : “Saya datang menemui Rasulullah saw, kataku padanya :”Wahai Rasulullah, lidahku agak tajam terhadap keluargaku, dan saya kuatir kalau-kalau hal itu akan menyebabkan saya masuk neraka.” Maka ujar Rasulullah saw : “kenapa kamu tidak beristighfar ?” “Sungguh saya beristighfar kepada Allah tiap hari seratus kali.”
Hudzaifah adalah sahabat yang imannya teguh dan kecintaanya mendalam. Disaksikan bapaknya yang telah beragama Islam tewas di perang Uhud, di tangan srikandi Islam sendiri, yang melakukan kekhilafan karena menyangka, sebagai orang musyrik! Hudzaifah melihat dari jauh pedang sedang dihujamkan kepada ayahnya, ia berteriak, “Ayahku … ayahku ….. jangan ia ayahku…” Tapi qadha Allah telah tiba.
Ketika kaum muslimin tahu hal itu, merekapun diliputi suasana duka dan membisu. Tetapi sambil memandangi mereka dengan sikap kasih sayang dan penuh pengampunan, katanya, “Semoga Allah mengampunu tuan-tuan, Ia adalah sebaik-baik Penyayang.”
Kemudian dengan pedang terhunus ia maju ke daerah tempat berkecamuknya pertempuran dan membaktikan tenaga serta menunaikan tugas kewajibannya. Akhirnya peperangan pun usailah, dan berita tersebut sampai ke telinga Rasulullah SAW. Maka disuruhnya membayar diyat atas terbunuhnya ayahanda Hudzaifah (Husail bin Yabir) yang ternyata ditolak oleh Hudzaifah, dan disuruh membagikannya kepada kaum muslimin. Hal itu menambah sayang dan tingginya penilaian Rasulullah terhadap dirinya.[12]

Kisah Wafatnya
Ketika Hudzaifah sakit keras menjelang ajalnya tiba, beberapa orang sahabat datang mengunjunginya tengah malam. Hudzaifah bertanya kepada mereka,”Pukul berapa sekarang?”
Jawab mereka,”Sudah dekat Subuh,”
Kata Hudzaifah,”Aku berlindung kepada Allah, dari Subuh yang menyebabkan aku masuk neraka.” Kemudian dia bertanya,”Adakah tuan-tuan membawa kain kafan?”
Jawab mereka,”Ada.!”
Kata Hudzaifah,”Tidak perlu kafan yang mahal. Jika diriku baik dalam penilaian Allah, Dia akan menggantinya umtukku dengan kafan yang lebih baik. Dan jika aku tidak baik dalampandangan Allah, Dia akan menanggalkan kafan itu dari tubuhku.”
Sesudah itu dia mendo’a,”Wahai Allah! Sesungguhnya engkau tahu, bahwa aku lebih suka fakir dari pada kaya, aku lebih suka sederhana dari pada mewah, dan aku lebih suka mati dari pada hidup.”Sesudah mendo’a begitu ruhnya berangkat. Seorang kekasih Allah kembali kepada Allah dalam kerinduan.Semoga Allah melimpahkam rahmatNya. Beliau menghadap illahi di Madain setelah kematian Utsman pada tahun 36 hijriyah.[13]

sumber:http://syiahali.wordpress.com/page/446/?referer=www.domainratio.com

Diposting oleh Unknown di 20.48 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Peristiwa Perang Badar

 Peristiwa Perang Badar 


Pada hari jumat 2 ramadhan tahun ke-2 hijrah terjadi perang pertama dalam islam yang dikenal perang badar. Badar adalah nama tempat di sebuah lembah yang terletak di antara madinah dan mekah. Tentara islam mengontrol lokasi strategis dengan menguasai sumber air yang ada di situ. 

Perang ini melibatkan tentara islam sebanyak 313 anggota berhadapan dengan 1.000 tentara musyrikin mekah yang lengkap bersenjata. Dalam perang ini, tentara islam memenangkan pertempuran dengan 70 tentara musyrikin terbunuh, 70 lagi ditawan. Sisanya melarikan diri. 

Perang ini adalah suatu yang luar biasa ketika tentara islam yang kurang jumlah, lemah dari sudut kelengkapandan berpuasa dalam bulan ramadhan memenangkan pertempuran perang badar. Ini membuktikan puasa bukan penyebab umat islam bersikap lemah dan malas sebaliknya berusaha demi mencapai keredhaan allah. Orang yang berjuang demi mencapai kerdhaan allah pasti mencapai kemenangan yang dijanjikan. Allah menegaskan dalam surah aali 'imran ayat 123 sampai 125. 

"Sesungguhnya allah membantu kamu dalam perang badar, sedangkan pada waktu itu kamu orang yang lemah. Sebab itu bertaqwalah kepada allah agar kamu mensyukurinya." 

sumber:http://www.hariansobek.com/2011/08/13-peristiwa-besar-dalam-sejarah-yang.html

Diposting oleh Unknown di 20.23 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Bani Umayyah di Andalus




Bani Umayyah di Andalus

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bani Umayyah Al-Andalus
Al-Andalus atau (kawasan Spanyol dan Portugis sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada zaman khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), dimana tentara Islam yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah.
Dalam proses penaklukan ini dimulai dengan kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Kemudian pasukan Islam dibawah pimpinan Musa bin Nushair juga berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth, Theodomir diOrihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Zaragoza sampaiNavarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M, dimana sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pirenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordeaux, Poitiers dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours, di kota ini ia ditahan oleh Charles Martel, yang kemudian dikenal dengan Pertempuran Tours, al-Ghafiqi terbunuh sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara muslim mundur kembali ke Spanyol.
Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Goth bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderic, Raja Goth terakhir yang dikalahkan pasukan Muslimin. Awal kehancuran kerajaan Visigoth adalah ketika Roderic memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderic. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Raja Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islamuntuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderic yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang, selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Sewaktu penaklukan itu para pemimpin penaklukan tersebut terdiri dari tokoh-tokoh yang kuat, yang mempunyai tentara yang kompak, dan penuh percaya diri. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah

Diposting oleh Unknown di 20.18 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Masa Keemasan ke-Khilafahan Bani Umayyah


Masa Keemasan

Kubah Batu di Masjidil Aqsa yang dibangun Bani Ummayyah
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah,[rujukan?] dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benuaEropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Di zaman Umar bin Abdul-Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui pegunungan Pirenia. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, diantaranya membangun panti-panti untuk orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Serta membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Abu Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap digunakan, namun Muawiyah bin Abu Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah.
Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Abu Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam. Bersamaan dengan itu, kaum Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali, dan menghasut Husain bin Ali melakukan perlawanan.
Husain bin Ali sendiri juga dibait sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan untuk memaksa Husain bin Ali untuk menyatakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang kemudian hari dikenal dengan Pertempuran Karbala[1], Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim keDamaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala sebuah daerah di dekat Kufah.
Kelompok Syi'ah sendiri bahkan terus melakukan perlawanan dengan lebih gigih dan diantaranya adalah yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar (yang pada akhirnya mengaku sebagai nabi) mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi'ah secara keseluruhan.
Abdullah bin Zubair membina kekuatannya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinahdan Mekkah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan ini terhenti karena taklama kemudian Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.
Perlawanan Abdullah bin Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang kemudian kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dan berhasil membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.
Setelah itu gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kelompok Khawarij dan Syi'ah juga dapat diredakan. Keberhasilan ini membuat orientasi pemerintahan Bani Umayyah mulai dapat diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol (Al-Andalus). Selanjuytnya hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (717-720 M), dimana sewaktu diangkat sebagai khalifah, menyatakan akan memperbaiki dan meningkatkan negeri-negeri yang berada dalam wilayah Islam agar menjadi lebih baik daripada menambah perluasannya, dimana pembangunan dalam negeri menjadi prioritas utamanya, meringankan zakat, kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, namun berhasil menyadarkan golongan Syi'ah, serta memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.

sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah

Diposting oleh Unknown di 20.01 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Kamis, 21 Februari 2013

Sejarah Singkat Allah


Sejarah Singkat Allah
Jika kita mempelajari Allah secara serius, hal utama yang perlu diketahui adalah Allah ternyata punya latar belakang sejarah yang sangat menarik. Di Arabia kuno, sejak jaman Alkitab, ribuan tahun sebelum Muhammad lahri, Allah sudah disembah oleh para masyarakat gurun pasiru Bedouin di Arabia. Masyarakat Arab kuno menghubungkan Allah dengan bulan yang bersinar terang sepanjang tahun di malam hari di atas gurun pasir yang sangat luas dan liar . Tidaklah sulit untuk mengerti alasan mengapa Allah dianggap sebagai dewa bulan.
Masyarakat Arab Bedouin hidup dengan cara nomadis (pindah dari satu tempat ke tempat lain). Karena hidup di tanah gurun pasir yang gersang dan tidak sungai untuk irigasi dan bertani, maka masyarakat Arab Bedouin adalah masyarakat penggembala dan peternak. Mereka merupakan suku2 liar yang kelaparan (Rodinson, 2002, p. 17).Hidup mereka bergantung pada rumput dan menjaga ternak, sambil terus-menerus melakukan penyerangan dan perampokan pada suku2 lain atau pada kafilah yang lewat. Rodinson menulis bahwa sifat suka berperang dan tidak mengenal hukum gaya Arab ini merupakan pilar masyarakat Bedouin (Rodinson, 2002, p. 14). Masyarakat Bedouin di masa itu hidup dari lingkaran penjarahan dan balas dendam yang tak kunjung habis. Perjalanan di siang hari hampir tidak mungkin dilakukan karena panasnya terik matahari yang tak tertahankan. Kebanyakan perjalanan dilakukan di malam hari, di bawah terang sinar bulan dan bintang2 yang gemerlap. Mereka mengagumi indahnya langit malam dengan bulan sebagai pusat keindahan. Bagi mereka, munculnya bulan yang anggun merupakan munculnya raja langit malam. Inilah alasan mengapa masyarakat Arab Bedouin miskin ini sangat berhubungan dekat dengan bulan dan waktu peredarannya. Mereka hidup diatur oleh bulan.
Bagi mereka, bulan merupakan pendukung kehidupan. Mereka mengatur penanggalan primitif mereka pada alur gerakan bulan. Agama2 dan upacara2 peradaban mereka diatur sesuai dengan posisi dan alur waktu bulan. Tidaklah heran jika masyarakat Arab menganggap bulan sebagai sosok illahi yang paling tinggi - Allah Taalaa - Tuhan yang Maha Kuasa. Profesor Sejarah Arab yakni almarhum Phillip K. Hitti, menulis bahwa menyembah bulan adalah bagian penting dalam masyarakat penggembala dan menyembah matahari adalah bagian penting dalam masyarakat petani (Hitti, 2002, p. 97). Untuk orang2 Bedouin Arab, bulan merupakan suatu yang sangat suci yang harus disembah dan dihubungkan dengan hal yang paling mulia. Bahkan setelah Muhammad memaksakan Islam dengan ancaman pedang, masyarakat Bedouin Muslim baru tetap saja melanjutkan ibadah kepercayaan kuno mereka dengan meyakini bahwa hidup mereka diatur oleh bulan.
Sampai hari ini sekalipun, kita tetap dapat melihat kekaguman Bedouin Arab dengan bulan tampak jelas dalam Islam.Islam berhubungan erat dengan bulan. Semua upacara ibadahnya berdasarkan penampakan bulan atau pada kalender bulan. Betapapun kerasnya Islam menyatakan dirinya menolak penyembahan berhala atau Paganisme, Islam tetap tidak dapat menghilangkan hubungannya yang lampau dengan Paganisme dan penyembahan berhala. Yang sebenarnya adalah: Islam masih melambangkan bulan, terutama logonya yang berbentuk bulan sabit. Lihatlah pucuk pada segala mesjid, dan akan tampak bentuk logo bulan yang mencolok, kadang2 dengan bentuk sebuah bintang sekalian. Nanti akan kuterangkan alasan historis mengapa bintang ini merupakan lambang Islam. Untuk menjelaskan lebih jauh, lihatlah lambang Palang Merah di negara2 surga Islam. Lambangnya adalah simbol Islam berbentuk bulan dan sama persis dengan lambang dewa bulan Pagan Arab. Bahkan bendera2 negara2 Islam juga menunjukkan bentuk bulan dan bintang atau bulan saja. Lihatlah bendera2 nasional beberapa negara2 Islam seperti Aljazair, Pakistan, Azerbaijan, Kazakhstan (menunjukkan terang bulan), Malaysia, Mauritania, Brunei, Turki etc.
Image
Sebagai penyembahan berhala dan batu, ingatlah bahwa obyek tersuci dalam Islam adalah batu Ka'bah.
Batu (atau batu2 - diperkirakan terdiri dari 3 buah batu, seperti yang dilaporkan banyak sejarawan) ini adalah batu yang sama yang disembah Arab Pagan. Bahkan Muhammad mencium dan memeluknya di dadanya dengan penuh layanan. Kalifah Umar pun melakukan hal yang sama dan kaum Muslim juga harus melakukan hal yang sama setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Sekarang kita lihat secara singkat sejarah tentang Allah (lihatlah patung Allah yang terbuat dari batu dan dipahat kaum Pagan. Di dadanya tertera lambang bulan sabit).
Image
Para ahli sejarah percaya bahwa Allah Arab ini berasal dari Syria. Masyarakat Aramean tinggal di Syria sekitar 1.300 SM. Orang2 Syria ini dahulu menyembah dengan khusuk beberapa dewa, dan yang utama dari dewa2 itu adalah dewa badai Hadad, dewa langit Alaha dan dewi Athargatis. Masyarakat Syria mungkin membuat rupa Allah ini berdasarkan rupa dewa Sumer dari kota kuno Babylon . Menurut banyak ahli sejarah, Alaha adalah nama Syria untuk Allah (Walker, 2004, hal. 20). Bagi mereka, Allah adalah Tuhan berkelamin pria, Tuhan yang paling berkuasa, yang punya tiga anak perempuan yakni Allat, Uzza dan Manat. Orang2 Nabatean yang adalah keturunan dari anak laki sulung Ismail di sekitar Semenanjung Sinai, pertamakali memperkenalkan Allah ke orang2 Arab melalui Syria (Walker, 2004, hal. 22). Orang2 Nabatean mungkin menyembah Allah dalam nama yang berbeda pula, seperti ELH dan Alh.Di samping Allah, orang2 Nabatean juga memperkenalkan dewa Hubal dari Syria, yang merupakan dewa pria besar.Patung Hubal ini nantinya diletakkan di Ka'bah. Hubal adalah patung berhala terbesar dari semua berhala di dalam dan sekitar Ka'bah. Patung raksasa Hubal berbentuk seorang pria yang tangan kanannya putus. Masyarakat Quraish menerima berhala Hubal ini dari Khuzaymah ibn Mudrikah, orang Mekah yang membelinya dari Syria. Setelah itu, masyarakat Quraish membuat lengan emas untuk patung itu. Patung Hubal berdiri di depan Ka'bah. Mayarakat Pagan Quraish menganggap Ka'bah adalah tempat untuk Hubal saja (Rodinson, 2002, p. 54). Mereka menggunakan panah2 ramalan / nujum untuk menentukan keabsahan bayi2 yang baru lahir (Al-Kalbi, 1952, hal. 23). Banyak ahli sejarah yang percaya bahwa Hubal adalah jelmaan fisik Allah di Ka'bah. Di masa mudanya, Muhammad membantu persiapan upacara yang dilakukan untuk menempatkan Hubal di Ka'abah (Walker, 2004, p. 42).
Penulis biografi Muhammad bernama Martin Lings, yang tadinya Katolik dan lalu memeluk Islam, setuju bahwa Hubal berasal dari Syria (Lings, 1983, p. 5, 11). Sejarawan Arab percaya bahwa Hubal yang perkasa ini sebenarnya adalah variasi dewa kuno Allah (Walker, 2004, p. 31). Kata Hubal berasal dari kata Semitik Hu yang berarti 'He' (kata diri untuk pria - Inggris) atau 'He is' (Dia adalah - Inggris) dengan kata akhiran El, yang jelas merupakan nama lain dari Allah. Nama Hubal biasa diteriakkan oleh para Quraish sebagai teriakan perang. Akhirnya, konsep tentang Allah sebagai Tuhan berkembang ke seluruh Arabia. Sebuah tulisan kuno yang ditemukan di Arabia selatan mengandung nama Allah. Allah adalah hallah dalam tulisan kuno Safa. Berikut adalah lima abad sebelum Islam ada. Masyarakat Arab terbiasa menyebutkan nama Allah dalam saat terancam. Allah yang sangat berkuasa ini perlahan-lahan menjadi sesembahan utama Quraish. Bahkan Qur'an pun membenarkan hal ini di ayat2 6:109, 6:136, 10:22, 31:22, dan 31:29 (Hitti, 2002, hal. 100-101). Nama2 lain dari Allah adalah Ilu untuk orang2 Babilonia dan Assyria, El bagi orang Kanaan, Elohim untuk orang Yahudi, dan Ilah untuk orang Arab tengah (Walker, 2004, p. 420).
Satu lagi nama lain dari Allah adalah wadd - dewa bulan yang berdiri di kepala Pantheon MINEA. (Hitti, 2002, pp. 97-98). Versi lain Allah ada di Hadramawt di Arabia Selatan. Di sana Allah dikenal sebagai Sin, dewa bulan.
Kota kuno Arabia selatan yang terkenal bernama Saba di mana Ratu Saba atau Ratu Bilqis berkuasa. Orang2 Sabaean juga menyembah Allah yang dikenal dengan nama Almaqah (Hitti, 2002, p. 60). Dalam Qur'an kita temukan referensi Ratu Saba di Sura 27 (Sura an-Naml). Dalam Alkitab kota ini disebut sebagai Sheba dan Ratu Bilqies disebut sebagai Ratu Sheba. Agama Sabean berdasarkan sistem astronomi gugus planet dan kepercayaan menyembah bulan termasuk bagian darinya. Masyarakat Sabean juga memuja Allah sebagai Dewa Bulan. Akan tetapi, tidak seperti Arab Pagan, mereka tidak punya gambar rupa Allah dan menganggap Allah sebagai dewa tanpa bentuk yang punya kekuasaan tertinggi. Tentang Allah ini, Benjamin Walker menulis sebagai berikut:
Makhluk ilahir yang misterius dan tanpa bentuk, Allah tidak diwakilkan dengan gambar apapun dan dia pun tidak disembah seperti layaknya dewa2 dan Dewi2 yang lebih kecil lainnya. Untuk membedakan Allah dengan dewa2 lainnya, dia diberi julukan Allah Taala, 'Tuhan yang Maha Tinggi' (Walker, 2004, p. 42).
Masyarakat lain yang juga menyembah Allah adalah masyarakat Nabatean. Selain Allah dan tuhan2/dewa2 lainnya, mereka juga juga menyembah dua dewa lainnya (mungkin lebih rendah posisinya dibanding Allah), yang bernama ar-Rahman dan ar-Rahim. Baik ar-Rahman maupun ar-Rahim dipuja bersama sebagai lambang kehormatan dan kemuliaan. Herannya Qur'an juga menyebut kedua nama dewa Pagan ini, meskipun menganggap kedua nama ini milik Allah. Sura pertama Qur'an (Sura Fatiha) menyebutkan kedua nama itu. Juga Sura 19 (Sura Maryam) didominasi oleh nama2 kedua dewa tersebut.
Menurut Profesor Hitti, masyarakat Nabatean paga di Afrika Utara pertamakali mendengar tentang ar-Rahman dan ar-Rahim mungkin dari Suriah selatan. Setelah itu kedua nama dewa Pagan ini ditemukan di kuil2 Arabia Selatan (Hitti, 2002, p. 105). Saingan Muhammad yang bernama Maslama (atau Musaylima) mengajarkan dalam nama ar-Rahman, yang adalah Allah untuk orang Arabia selatan (Rodinson, 2002, p. 67, 119). Ini mungkin alasannya mengapa Muhammad kemudian tidak lagi menyebut ar-Rahman dan memilih Allahnya masyarakat Pagan Mekah sebagai Tuhan satu2nya.
Menurut sejarawan2 Arab, Petra (di Arabia utara, dekat Suriah, yang adalah tempat tinggal masyarakat Nabatean), juga punya sejenis Ka'bah yang disebut Dushara (Dusares) yang adalah batu hitam berbentuk empat persegi panjang. (Hitti, 2002, p. 72).
Sejarah singkat Allah ini tentunya tidak lengkap tanpa Jehovah (Yahwa), Allahnya Musa (baca penjelasan gambar Jehovah di uang logam Jerman). Islam menganggap Musa menyembah Allah yang sama dengan Muslim. Jika Qur'an itu benar, maka logikanya adalah: Yehovah = Allah.
Berdasarkan catatan2 sejarah, Yehuwa adalah Allah gurun pasir yang sederhana dan serius. Tempat tinggalnya adalah sebuah tenda (Hitti, 2002, p. 40). Meskipun kaum Yahudi mengakui Jehovah sebagai Tuhan mereka, sebagai Allahnya kaum Yahudi, mereka tidak berani menyebut namanya. Yehuwa juga berarti "Yang Perkasa dan Yang Menggentarkan", dan inilah alasannya mengapa kaum Yahudi tidak berani menyebut nama Yehuwa (Hughes, 1994, p. 226). Mereka memilih memanggil nama Tuhannya dengan nama panggilan Rabb - Lord (Bhs. Inggris) sebagai panggilan yang lebih lunak dari Yehuwa (Ibid, p. 141). Jadi dalam Qur'an, jika Yehuwa adalah Allah, maka mestinya Dia adalah Allah yang menggentarkan milik orang Yahudi. Tentang Rabb-nya kaum Yahudi, Muhammad sendiri punya versinya sendiri: Allahnya juga dikenal sebagai ar-Rab - Lord (Bhs. Inggris), sang Pemelihara, Yang Termulia: Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu ('Allah is my Lord and your Lord (3 : 51) ');' Tuhan Kami (Rabb) adalah Tuhan (Rabb) surga dan bumi (18:14); dan ini menempati posisi Jehovah Yahudi (Hughes, 1994, p. 531).
Sesembahan bangsa Arab Bedouin yang terutama adalah Allah dewa bulan, dan anak2 perempuannya yakni Allat, Uzza, dan Manat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bulan merupakan tema relijius utama dalam masyarakat peternak / penggembala. Bangsa Arab Bedouin yang buta huruf, kelaparan dan tak berpendidikan menghubungkan bulan dengan hal kekuatan, vitalitas, kekuasaan dan semua yang berhubungan dengan sifat maskulin. Dengan itu, bulan (dan Allah) adalah Tuhan maskulin. Hal ini tidak diragunkan lagi (keterangan lebih lanjut menyusul). Lalu bagaimana dengan matahari? Apakah matahari punya posisi yang sama sebagai tuhan dalam masyarakat Pagan?Jawabnya: ya. Masyarakat Bedouin juga menyembah dewa matahari. Namanya adalah Baal. Menarik untuk diketahui bahwa masyarakat Suriah dan Phoenisian juga menyembah Baal - sang Dewa Matahari. Diduga dewa Baal disembah di masa Nabi Elisha (Hughes, 1004, p. 35). Masyarakat Mesir juga menganggap Baal sebagai dewanya. Lihatlah sosok Baal di gambar berikut.
Image
Baal dirupakan sebagai seorang pria dengan jenggot meruncing dan helm kuncup. Dia adalah Dewa perang, langit, badai, kesuburan, dan panen besar. Dalam Qur'an, Baal disebut ketika Nabi Elias memperingatkan masyarakatnya karena menyembah Baal (dewa matahari Allah) dan bukan dewa bulan Allah, yang dianggap terbaik dari segala pencipta (37:125). Versi lain menyatakan bahwa yang benar adalah dewi matahari dan bukan dewa dan namanya adalah Shams (Rodinson, 2002, p. 23). Anehnya, ada sura dalam Qur'an yang bernama Shams atau Matahari (Sura 91, yang diturunkan di Mekah). Muhammad jelas lebih memilih Shams dari Baal yang adalah dewa matahari Mesir.Jika ada Sura bernama Shams, maka tentunya tidak heran jika ada pula suran bernama Qamar atau bulan (Sura 54, yang diturunkan di Mekah).
Mengapa Muhammad tidak memilih Baal sebagai dewa matahari Allah? Jawabannya sederhana. Matahari merupakan sumber enerji utama bagi masyarakat pertanian. Karena itu, wajar jika masyarakat pertanian menganggap Allah dewa matahari sebagai dewa mereka yang utama. Inilah sebabnya bangsa Mesir yang petani menyembah Baal.Muhammad berasal dari masyarakat peternak / penggembala, yang tidak tertarik pada masalah pertanian (hal ini nanti akan dibahas lebih jauh) - jadi buat apa menyembah Baal? Karena itu pula Baal versi dewa matahari Allah tidak begitu disukai oleh Muhammad dari Arabia. Sudah jelas bahwa masyarakat Pagan Mekah sangat kenal dengan dewa bulan Allah. Mereka biasa menyajikan pertunjukan makanan kepada Allah dan membagi-bagikannya kepada dewa2 berhala lainnya, seperti Ammanas di negara Kahulan (6.136) (ibn Ishaq, 2001, p. 37). Ini adalah kebiasaan sistem agama yang dilakukan Arab Pagan selama turun-temurun. Lalu Muhammad mulai mengajarkan dan mengajak Quraish Mekah untuk menyembah Allah saja (Allah Monotheisme). Muhammad punya versi tersendiri akan Allah, yang membuat masyarakat Pagan sangat bingung dan tidak senang. Muhammad mulai mengecam mereka karena membagi persembahan makanan kepada dewa2 lain selain Allah, tepatnya Allah versi Muhammad. Tapi masyarakat Mekah Quraish bertoleransi. Mereka membiarkan Muhammad mengajarkan sekehendak hati. Masalah muncul ketika Muhammad ingin menghancurkan sumber mata pencaharian utama bangsa Quraish yakni naik haji dan pariwisata yang berhubungan dengan ziarah ke Ka'bah tempat para dewa dan dewi. Kaum Pagan Mekah bahkan punya gambar2 Abraham, Yesus, dan Maria - untuk menarik hati wisatawan Kristen dan Yahudi. Menurut sejarawan Arab terkemuka Phillip Hitti, di jaman Muhammad, Mekah memiliki penduduk Kristen Abyssinia (Hitti, 2002, p. 106).
Karena itu ziarah-pariwisata Mekah merupakan sumber nafkah yang penting (Ibid, p. 64). Awalnya, masyarakat Pagan Mekah tidak mau mengganggu daya tarik pariwisata daerah mereka dengan bertengkar melawan pengikut2 Muhammad. Meskipun Muhammad mengejek dan mengritik, mereka mendiamkannya saja. Bahkan penulis sejarah Islam terkemuka al-Tabari juga mengaku bahwa Muhammad tidak ditindas oleh kaum Pagan Mekah. Menurut Tabari, para pengikut Muhammad kebanyakan adalah anak2 muda, beberapa adalah putra dan adik dari pedagang2 ulung di Mekah. Muhamad tidak mengalami penindasan fisik apapun, meskipun terkadang dibuat jengkel. Paman Muhammad yang bernama Abu Thalib adalah orang yang dihormati di Mekah dan karena perlindungannya, Muhammad terhindar dari penyerangan pribadi (Tabari, 1988, p. 6.43).
Sikap Muhammad bisa mengurangi pendapatan para pedagang Mekah. Para pedagang ini juga merasa Muhammad mungkin mengancam posisi politis mereka yang berpengaruh di Mekah. Kaum Quraish tidak sangat memusuhi Muhammad sampai dia menyinggung dewa2 mereka, terutama pada Allat yang merupakan salah satu anak perempuan Allah. Hal ini mempengaruhi bisnis dengan pedagang2 Taif (Ibid, pp. 6.42, 43).
Anak2 Perempuan Allah
Kita telah baca bahwa dewa Bulan Allah adalah dewa maskulin. Apakah Allah punya istri atau pasangan wanita?Pertanyaan ini akan membuat Muslim tulen marah berat. Tapi bukti2 sejarah, terutama bukti epigrafi, terlalu jelas untuk bisa ditolak. Dari tulisan2 kuno peninggalan budaya Sumeria (Babylon), tampak nyata bahwa Allah memang punya pasangan wanita (mungkin adalah istrinya) dan namanya adalah Lilith. Kaum Pagan percaya bahwa Allat adalah anak perempuan hasil hubungan Allah dan Lilith.
Allat digambarkan dalam epigraf Syria sebagai sosok yang mirip ibunya, Lilith, dengan buah dada dan vulva yang besar. Di buku Phillip Hitti yang berjudul History of the Arabs ditampilkan gambar Allat pada sebuah uang logam perunggu Nabatean (Hitti, 2002, p. 86). Wujud Allat ini mirip dengan Dewi Pengetahuan Hindu bernama Saraswati.
SUMBER:wordpress.com
Image

Diposting oleh Unknown di 01.54 6 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Postingan Lebih Baru Postingan Lama
Langganan: Postingan (Atom)
@ 2011 sejarah islam; Many thanks to: Blogger Templates / blog Design Company / SEO / free template Blog